MODEL PEMBELAJARAN SAVI
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mandiri
Mata Kuliah Model-model
pembelajaran
Pada Jurusan Tadris Matematika
Semester V
Disusun
Oleh :
Wini
Widiarni (1410150163)
Dosen Pengampu :
Widodo Winarso, M.Pd.I
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH
NURJATI CIREBON
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, pembelajaran
inovatif yang akan mampu membawa perubahan belajar bagi siswa, telah menjadi
barang wajib bagi guru. Pembelajaran lama telah usang karena dipandang hanya
berkutat pada metode mulut. Siswa sangat tidak nyaman dengan metode mulut.
Sebaliknya, siswa akan nyaman dengan pembelajaran yang sesuai dengan pribadi
siswa saat ini.
Bagi anak usia SD, belajar
yang perlu ditekankan adalah melalui pengalaman langsung, terutama pada mata
pelajaran IPA. Pengalaman langsung akan membuat pengetahuan yang mereka dapat
lebih bertahan lama di otak mereka daripada mendengarkan ceramah dari guru.
Pembelajaran Terpadu sangat bagus diterapkan bagi anak SD karena dalam
pembelajaran ini menekankan pada tindakan nyata dan berpusat pada siswa.
Pembelajaran Terpadu menekankan bahwa anak belajar dengan seluruh tubuhnya,
semua alat indra dilibatkan. Siswa tidak hanya duduk diam, tapi dengan
aktivitas yang menggerakkan seluruh indranya. Untuk itu dikenal pula model
pembelajaran SAVI.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud model pembelajaran SAVI?
2. Bagaimanakah prinsip-prinsip dasar model pembelajran
SAVI?
3. Karakteristik
model pembelajaran SAVI?
4. Bagaimanakah
tahap-tahap model
pembelajaran SAVI?
5. Kelebihan
dan kekurangan model
pembelajaran SAVI?
6. Bagaimana
Aplikasinya pada pembelajaran matematika sekolah?
1.3 Tujuan
Masalah
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan model
pembelajaran SAVI
2. Untuk memahami prinsip-prinsip dasar model
pembelajaran SAVI
3. Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran SAVI
4. Untuk memahami tahap-tahap model pembelajaran SAVI
5. Untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan model pembelajaran SAVI
6. Untuk
mengetahui aplikasinya pada pembelajaran matematika sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
SAVI singkatan dari Somatic,
Auditori, Visual dan Intektual. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki
siswa. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning,
teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial
dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar
berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut
aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah
melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta
keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa
orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat
realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
Pendekatan
“SAVI” merupakan salah satu pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Dave meier (2002: 91) menyatakan bahwa, “pendekatan SAVI” merupakan
suatu pendekatan pembelajaran dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan
aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indera. Unsur-unsur yang
terdapat dalam “SAVI” adalah somatik, auditori, visual dan intelektual. Keempat
unsur ini harus ada dalam peristiwa pembelajaran, sehingga belajar bisa
optimal.
Somatik
berasal dari bahasa yunani yang berarti
tubuh (soma) seperti dalam kata psikomatis. Dave Meier (202: 92) menyatakan
bahwa belajar, “ Belajar somatik adalah belajar dengan indera peraba, praktis
(melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakan tubuh sewaktu belajar”.
Sedangkan menurut Bobbi de Porter dkk (2004: 168) bahwa para pelajar somatik
suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghapal informasi dengan
mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Jadi somatik mengutamakan belajar
dengan berbuat dan bergerak.
Belajar
somatik memerlukan usaha yang dapat merangsang pembelajar untuk melibatkan
tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang
dapat membuat pembelajar bangkit aktif secara fisik. Namun tidak semua
pembelajaran memerlukan aktifitas fisik, seperti yang di ungkapkan Dave Meier
dalam bukunya yang berjudul The accelerated learning hand book (terjemahan:
2002: 95) “ Tidak semua pembelajaran memerlukan aktifitas belajar aktif dan
pasif secara fisik, anda dapat membantu pembelajar setiap orang”.
Belajar
somatik dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, misalnya:
·
peragakan konsep sambil memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempelajari langkah demi langkah seperti
menyebutkan ada berapa sisi yang terdapat dalam kubus.
·
Menggunakan alat bantu (kerangka yang
terbuat dari karton) saat belajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu.
·
Menjalankan pelatihan belajar aktif
(simulasi, permainan belajar, dan lain-lain)
·
Melakukan tinjauan lapangan, lalu
lintas, gambar dan bicarakan tentang apa yang dipelajarinya.
Belajar auditori
adalah belajar yang mengutamakan berbicara dan mendengar. Dave Meier (2002:95)
menyatakan bahwa belajar auditori sangat dianjurkan terutama oleh bangsa yunani
kuno. Mereka memilih filosofi bahwa kita mau belajar lebih banyak tentanga apa
saja, bicarakanlah tanpa henti.
Belajar auditori
lebih menekankan pada keterampilan berbicara dan menyimak. Dalam penerapannya
diperlukan suatu rancangan pelajran yang menarik bagi saluran auditori.
Rancangan ini harus dapat mengajak pembelajar membicarakan apa yang sedang
mereka pelajari, misalnya ajak pembicara berbicara saat mereka memecahkan
masalah, menguasai keterampilan atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri
mereka sendiri.
Berikut adalah
beberapa saran yang dikemukaka oleh Dave Merier (2002: 96) untuk meningkatkan
penggunaan saran auditori terutama yag berhubungan dengan matematika.
·
Mintalah pembelajar brpasang-pasangan
membicarakan secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagimana
mereka akan menerapkannya.
·
Mintalah pembelajar mempraktikan suatu
keterampilan atau memperagakan suatu konsep sambil mengucapkan secara
terperinci apa yang sedang mereka kerjakan.
·
Mintalah pembelajar berkelompok dan
berbicara saat sedang menyusun pemecahan masalah.
Belajar
visual adalah belajar dengan cara mengamati dan mengambarkan. Menurut Dave
Meier (2002: 97) bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk
memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Jadi informasi
lebih efektif ditangkap melalui visual. Hanya dengan memperhatikan, kita bisa
mengamati banyak hal.
Belajar
visual memerlukan bentuk visual dari materi pembelajaran, diantaranya:
·
Bahasa yang penuh denag gambar
·
Benda tiga dimensi
·
Pengamatan lapangan
Menurut
Dave Meier (2002: 99) kata intelektual menunjukan apa yang dilakukan
pembelajaran dalam fikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan
kecerdasan untuk memikirkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna,
rencana dan nilai dari pengalaman tersebut.
Berdasarkan
pendapat tersebut, belajar intelektual berfokus pada belajar memecahkan masalah
dan berfikir. Aspek intelektual dalam belajar dapat terlatih jika pembelajar
terlibat dalam aktifitas seperti ini:
·
Memecahkan masalah
·
Melahirkan gagasan yang kreatif
·
Mengajarkan perencanaan yang strategis
·
Mencari dan menyaring informasi
·
Merumuskan pertanyaan
Latar
belakang munculnya pendekatan “SAVI”
Accelerated
learning (AL) merupakan suatu pendekatan baru yang dikemukakan oleh Dave Meier.
Accelerated Learning didasarkan pada penelitian yang mutakhir mengenai otak dan
belajar. Dalam penerapan pendekatan ini dapat digunakan berbagi metode dan
media, sifat terbuka dan luwes, pembelajar terlibat sepenuhnya. Metode yang
ditetapkan AL tidak laku, tetapi bervariasi tergantung pada pokok bahasan dan
pembelajaran itu sendiri.
Dave Meier menyatakan salah satu
prinsip poko AL adalah belajar dengan melibatkan seluruh tubuh dan fikiran.
AL dapat
menawarkan berbagai kegiatan pendekatan yang mengutamakan peningkatan
keterampilan dan keprofesionalan. Dari 101 pendekan yang ada, pendekatan SAVI
termasuk dalamnya (silbermen, 196:6). Unsur-unsur dalam pendekatan SAVI adalah
somatik, auditori, visual dan intelektual. Keempat unsur tersebut harus ada
dalam satu peristiwa pembelajaran. Lain
halnya dengan yang diungkapkan oleh silbermen, hanya mengemukakan tiga unsur
yaitu visual auditori dan kinestik. Karena unusuk intelektual sudah mencakup ke
tiga unsur tersebut. Hal ini seperti yang diungkapkan gilinder (silbermen,
1996:6) bahwa: setiap grup dari 30 siswa, rata-rata 22 dapat belajar secara
efektif selama pengajar menyediakan visual, auditor dan aktifitas kinestik.
Penggunaan
pendekatan “SAVI” dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kubus dan
balok.
Salah satu
faktor kondisi yang di perlukan siswa dalam belajar adalah faktor internal dan
fakor eksternal siswa, faktor internal siswa seperti peningkatan prestasi
belajar siswa sebagai hasil belajar terdahulu sedangkan faktor eksternal siswa
merupakan sarana pendukung seperti aspek benda yang dirancang, seperti yang
diungkapkan oleh Gagne yaitu:
“ untuk terjadi belajar pada diri
siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi
eksternal. Kondiri internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil
belajar terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan
yang baru, dan diterpakan sama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau
benda yang dirancang atau di tata dalam suatu pembelajaran” (Sadirman,2000:67)
Dave Meier
(2002: 33) menyatakan orang dapat belajar paling baik dalam lingkungan fisik,
emosi, dan sosial yang positif, yaitu lingkungan yang tenang sekaligus mengugah
semangat ada rasa keutuhan, keamanan, minat dan kegembiraan sangat penting
untuk mengoptimalkan pembelajaran.berdasarkan uraian diatas maka suasana
belajar dikatan baik apabila didukung dengan keadaan yang positif dan ada minat
dari pembelajar sehingga dapat mengiptimalkan pembelajran menurut Dave Meier
(2002: 33-34) ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan
“SAV” dalam kegiatan sehari-hari khususnya belajar matematika pada pokok
bahasan kubus dan balok.
·
Dapat terciptanya lingkungan yang
positif (lingkungan yang tenang dan menggugah semangat)
·
Keterlibatan pembelajar sepenuhnya
(aktif dan kreatif)
·
Adanya kerja sama diantara pembelajar
·
Menggunakan metode yang bervariasi
tergantung dari poko bahasan yang dipeljari.
·
Dapat menggunakan belajar kontekstual
·
Dapat menggunakan alat peraga.
2.2 Prinsip Dasar Model Pembelajaran SAVI
Dikarenakan pembelajaran
SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga
sejalan dengan AL yaitu:
a) Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
b) Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.
c) Kerjasama membantu proses pembelajaran
d) Pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara
simultan
e) Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri
dengan umpan balik.
f) Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
g) Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan
otomatis.
2.3 Karakteristik Model Pembelajaran SAVI
Ø Somatic
“Somatic” berasal dari Bahasa Yunani “soma”
yang berarti tubuh. Jadi belajar somatic berarti belajar dengan indera
peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan
tubuh ketika belajar. Penelitian neurologis telah membongkar keyakinan
kebudayaan barat yang keliru bahwa pikiran dan tubuh adalah entitas yang
terpisah. Temuan penelitian menyimpulkan bahwa pikiran tersebar di
seluruh tubuh. Intinya tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah
tubuh. Keduanya merupakan sistem kimiawi-biologis yang terpadu.
Jadi dengan menghalangi pembelajar somatic menggunakan
tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar maka kita menghalangi fungsi pikiran
mereka sepenuhnya. Untuk merangsang hubungan pikiran-tubuh guru perlu
menciptakan suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari
tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua
pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti
menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik kita dapat membantu
pembelajaran siswa dengan baik.
Ø Auditori
Pikiran auditori
kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita menangkap dan
menyimpan informasi auditori bahkan tanpa kita sadari. Dalam merancang
pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa
carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka
pelajari. Minta mereka menterjemahkan pengalaman mereka dengan
suara. Mintalah mereka membaca keras-keras, ajaklah mereka berbicara saat
mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat
rencana kerja, menguasai keteramipilan, membuat tinjauan pengalaman belajar
atau memperhatikan penjelasan dari sumber-sumber belajar.
Ø Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat
lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera
yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika
dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku
atau program computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka
dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan
sebagainya ketika belajar.
Ø Intelektual
Intelektual
adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk
berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana dan
nilai-nilai dari hubungan tersebut. Intelektual adalah bagian diri yang
merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Intelektual
adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir,
menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru dan belajar.
Intelektual menghubungan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif
tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri.
2.4 Tahap-Tahap Model
Pembelajaran SAVI
Pembelajaran SAVI dapat direncanakan
dan kelompok dalam empat tahap:
1.
Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa,
memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan
menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik
meliputi hal:
a.
memberikan
sugesi positif
b.
memberikan
pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
c.
memberikan
tujuan yang jelas dan bermakna
d.
membangkitkan
rasa ingin tahu
e.
menciptakan
lingkungan fisik yang positif.
f.
menciptakan
lingkungan emosional yang positif
g.
menciptakan
lingkungan sosial yang positif
h.
menenangkan
rasa takut
i.
menyingkirkan
hambatan-hambatan belajar
j.
banyak
bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
k.
merangsang
rasa ingin tahu siswa
l.
mengajak
pembelajar terlibat penuh sejak awal.
2.
Tahap Penyampaian (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar
yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera,
dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru:
a.
uji
coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan
b.
pengamatan
fenomena dunia nyata
c.
pelibatan
seluruh otak, seluruh tubuh
d.
presentasi
interaktif
e.
grafik
dan sarana yang presentasi brwarna-warni
f.
aneka
macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
g.
proyek
belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
h.
latihan
menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
i.
pengalaman
belajar di dunia nyata yang kontekstual
j.
pelatihan
memecahkan masalah
3.
Tahap Pelatihan (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa
mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai
cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
a.
aktivitas
pemrosesan siswa
b.
usaha
aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
c.
simulasi
dunia-nyata
d.
permainan dalam belajar
e.
pelatihan aksi pembelajaran
f.
aktivitas
pemecahan masalah
g.
refleksi
dan artikulasi individu
h.
dialog berpasangan atau berkelompok
i.
pengajaran dan tinjauan kolaboratif
j.
aktivitas
praktis membangun keterampilan
k.
mengajar
balik
4.
Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa
menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada
pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus
meningkat. Hal –hal yang dapat dilakukan adalah:
a.
penerapan
dunia nyata dalam waktu yang segera
b.
penciptaan
dan pelaksanaan rencana aksi
c.
aktivitas penguatan penerapan
d.
materi
penguatan prsesi
e.
pelatihan
terus menerus
f.
umpan
balik dan evaluasi kinerja
g.
aktivitas
dukungan kawan
h.
perubahan
organisasi dan lingkungan yang mendukung.
Contoh
Bagaimana Membuat Aktifitas Sesuai Dengan Cara Belajar Siswa
Gaya belajar
|
Aktivitas
|
Somatis
|
Orang dapat bergerak ketika mereka:
Ø Membuat model dalam suatu proses atau prosedur.
Ø Menciptakan piktogram dan periferalnya.
Ø Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat
konsep.
Ø Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan
merefleksikannya.
Ø Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan
belajar dan lain-lain).
Ø Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar, dan
bicarakan tentang apa yang dipelajari
|
Auditori
|
Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori
dalam belajar:
Ø Ajaklah siswa membaca keras-keras dari buku panduan.
Ø Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi
pembelajaran yang terkandung didalam buku pembelajaran yang dibaca mereka.
Ø Mintalah siswa berpasang-pasangan membincangkan
secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka
akan menerapkanya.
Ø Mintalah siswa mempraktikkan suatu ketrampilan atau
memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci
apa yang sedang mereka kerjakan.
Ø Mintalah
siswa berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun pemecahan masalah
atau membuat rencana jangka panjang.
|
Visual
|
Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah:
Ø Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi).
Ø Grafik presentasi yang hidup.
Ø Benda 3 dimensi
Ø Bahasa tubuh
yang dramatis.
Ø Cerita yang hidup
Ø Kreasi piktrogram (oleh siswa).
Ø Pengamatan lapangan.
Ø Dekorasi berwarna-warni.
Ø Ikon alat
bantu kerja.
|
Intelektual
|
Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak
pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti:
Ø Memecahkan masalah.
Ø Menganalisis
pengalaman.
Ø Mengerjakan perencanaan strategis
Ø Memilih gagasan kreatif.
Ø Mencari dan
menyaring informasi.
Ø Merumuskan pertanyaan.
Ø Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan.
Ø Menciptakan makna pribadi.
Ø Meramalkan inplikasi suatu gagasan.
|
2.5
Kelebihan dan kekurangan pendekatan SAVI
Penerapan
pendekatan SAVI dalam pembelajaran tidak terlepas dari kelebihan dan
kekurangannya dibandingkan dengan pendekatan belajar lainnya. Berikut adalah
kelebihan dan kekurangan dari pendekatan
SAVI.
v Ada
beberapa kelebihan dari pendekatan SAVI antara lain:
1) Membangkitkan
kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan
aktivitas intelektual;
2) Memunculkan
suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif;
3) Mampu
membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa;
4) Memaksimalkan
ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori dan
intelektual.
5) Pembelajaran
lebih menarik dengan adanya permainan belajar.
6) Pendekatan
yang ditawarkan tidak kaku tetapi dapat sangat bervariasi tergantung pada pokok
bahasan, dan pembelajarn itu sendiri.
7) Dapat
menciptakan lingkungan belajar yang posotof. Orang yang dapat belajar paling
baik dalam lingkungan fisik, emosi dan sosial yang positif yaitu lingkungan
yang tenang sekaligus menggugah semangat, adanya rasa minat dan kegembiraan
sangat penting untuk mengoptimalkan pembelajaran.
8) Adanya
keterlibatan pembelajaran sepenuhnya orang dapat belajar paling baik jika dia
terlihat secar penuh dan aktif serta mengambil tanggung jawb penuh dan aktif
serta mengambil ta nggung jawab penuh atas usaha belajarnya sendiri. Belajar
bukannlah sejenis olahraga untuk ditonton, melainkan menuntun peran serta semua
pihak.
9) Terciptanya
kerja sama diantara pembelajar. Biasanya belajar paling baik dalam lingkungan
kerjasama.semua cara belajar cenderung bersifat sosial.
10) Merupakan
variasi yang cocok untuk semua gaya belajar.
Orang dapat belajar
dengan baik jika dia mempunyai banyak variasi pilihan belajar yang
memungkinkannya untuk memanfaatkan seluruh indarnya dan menerapkan gaya belajar
yang dikuasainya.
v Pendekatan
SAVI juga memiliki kekuarangan, yaitu:
1) Pendekatan
ini sangat menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat
komponen dalam SAVI secara utuh;
2) Penerapan
pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang
menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga memerlukan biaya
pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk pengadaan media pembelajaran yang
canggih dan menarik. Ini dapat dipenuhi pada sekolah-sekolah maju.
3) Pendekatan
yang memang tidak kaku tetapi harus disesuaikan dengan pokok bahasan materi
pembelajaran. Jadi tidak berlaku untuk semua pelajaran matematika
4) Pendekatan
“SAVI” ini masih tergolong baru, banyak pengajar guru sekalipun yang belum
menguasai pendekatan “SAVI” tersebut.
5) Pendekatan
“SAVI” ini cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk siswa yang memiliki
tingkat kecerdasan kurang, menjadikan siswa itu minder.
2.6
Aplikasi
terhadap pembelajaran matematika
Belajar
bisa optimal jika keempat unsur “SAVI” ada dalam suatu peristiwa pembelajaran.
Dalam pembelajaran pokok bahasan kubus dan balok dengan menerapkan pendekatan
“SAVI” langkah-langkahnya sebagi berikut:
1. Mengelompokan
siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4 oarang.
2. Semua
siswa mempunyai alat peraga, yaitu sebuah kerangka kubus dan sebuah kerangka
balok terbuat dari karton.
3. Mintalah
siswa memperagakan konsep yang dipelajari sambil mengucapkan secara terperinci
langkah-langkahnya (somatik dan auditori)
4. Setiap
kelompok diberi soal-soal yang telah disiapkan oleh guru.
5. Setiap
siswa diminta mendiskusikan tentang soal-soal yang diberikan perkelompok
(auditori, visual, dan intelektual).
6. Selama
diskusi berlangsung guru mengamati kerja setiap kelompok secara bergantian dan
meengarahkan dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
7. Pada
akhir kerja kelompok, setiap kelompok diminta perwakilannya untuk mengerjakan
soal-soal yang telah diberikan dipapan tulis. Sedang siswa yang lainnya
menanggapinya (somatik,auditori, visual dan intelektual).
Dengan memperhatikan pendekatan “SAVI”, pada pokok
bahasan kubus dan balok dapat menggunakan alat peraga dimana siswa dapat
belajar dengan berbuat dan bergerak yang menjadikan siswa aktif dan tidak
merasa jenuh.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan SAVI
pada materi fungsi Pembelajaran dengan pendekatan SAVI yaitu dengan
menggabungkan keempat unsur SAVI yaitu somatis, auditori, visual dan
intelektual dalam pembelajaran. Berikut adalah penerapan dari tiap unsur SAVI
dalam pembelajaran Matematika:
1)
Somatis
Siswa
membuat pertanyaan, kemudian dengan pertanyaan tersebut siswa bermain kartu
pertanyaan (memberikan kartu pertanyaan itu kepada temannya untuk meminta
bantuan menjawabnya), bermain bola pertanyaan (pertanyaan ditulis di kertas,
kemudian remas berbentuk bola, kemudian selama berapa detik terjadi perang bola
pertanyaan), dan permainan kuis beregu.
2)
Auditori
Ø Siswa
dikondisikan dalam 6-7 kelompok/siswa diminta berkelompok secara berpasangan
Ø Siswa
berdikusi tentang materi ajar
Ø Dipilih
3 kelompok secara acak menggunakan kartu untuk menjelaskan hasil diskusinya
didepan kelas/setiap kelompok mengirimkan dua orang untuk menjelaskan hasil
diskusinya kepada kelompok lain. Selama diskusi kelompok terjadi komunikasi,
dan tanya jawab antara pemateri dan pendengar.
3)
Visual
Siswa
mengamati gambar berupa media pembelajaran yang dibuat oleh guru, atau siswa
membuat diagram panah dengan menempelkan gambar-gambar yang menarik atau siswa
mengamati dan membuat grafik/diagram.
4)
Intelektual
Ø Siswa
memahami materi ajar dengan mencarinya dari beberapa sumber belajar.
Ø Siswa
membuat pertanyaan, kemudian siswa mampu menyelesaikan soal yang diberikan guru
atau temannya.
Pada dasarnya menerapkan
langkah-langkah pendekatan SAVI dalam pembelajaran tidak harus selalu berurutan
dari aktivitas somatis, auditori, visual, intelektual, namun dapat dimulai dari
aktivitas mana saja bisa dari auditori, visual, somatis, intelektualatau lain
sebagainya. Hal yang perlu dicatat dalam menerapkan pendekatan SAVI yaitu
menggabungkan aktivitas somatis, auditori, visual, dan intelektual pada satu
peristiwa pembelajaran.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan
Pendekatan SAVI yaitu dengan mengkombinasikan gerak fisik dan aktifitas
intelektual serta dengan menggunakan semua indera yang dimiliki, dapat
berpengaruh besar pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung
terutama pada mata pelajaran IPA. Pendekatan SAVI mampu memunculkan suasana
belajar yang lebih menarik dan efektif, membangkitkan kecerdasan terpadu siswa
secara penuh melalui penggabungan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual,
mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa,
serta memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara
visual, auditori dan intelektual karena pelajaran IPA tidak hanya cukup dengan
ceramah saja, harus ada praktek realnya.
Belajar siswa
bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam suatu peristiwa pembelajaran.
Siswa dapat meningkatkan kemampuan mereka memecahkan masalah (Intelektual) jika
mereka secara simultan menggerakan sesuatu (Somatis) untuk menghasilkan
piktogram atau pajangan tiga dimensi (Visual) sambil membicarakan apa yang
sedang mereka kerjakan (Auditori). Menggabungkan keempat modalitas belajar
dalam satu peristiwa pembelajaran adalah inti dari Pembelajaran Multi Indriawi.
3.2 Saran
Seorang guru
ketika mengajar pelajaran IPA jangan hanya memakai satu metode belajar saja
karena akan membuat siswa menjadi jenuh dan kurang berkonsentrasi,
mengkombinasikan beberapa metode belajar sangatlah bagus dan akan mengurangi
kejenuhan siswa dalam belajar. Agar siswa bisa menyerap pelajaran IPA dengan
baik, sebaiknya guru sering-sering mengajak siswa untuk mengetahui contoh yang
real pada materi pelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran yang ada
disekitar lingkungan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Meier,
Dave.2002. the accelerated learning
handbook. Bandung : MMU (Mizan Media Utama)
Widaningsih,
Nining. 2004. Pengaruh Pendekatan
Somatis, Auditori, Visua,l Intelektual
( SAVI ) Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Di SMPN 1 Depok Kabupaten Depok.
DePorter, Bobbi. 2005. Quantum
Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas. Editor, Mike
Hernacki. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.
Meier, Dave. 2005. The Accelerated
Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan
dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa.
Sugiyanto. 2008. Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.