Jumat, 01 Maret 2013

MODEL SAVI


MODEL PEMBELAJARAN SAVI
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Model-model pembelajaran
Pada Jurusan Tadris Matematika Semester V



Disusun Oleh :
Wini Widiarni (1410150163)

Dosen Pengampu :
Widodo Winarso, M.Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Saat ini, pembelajaran inovatif yang akan mampu membawa perubahan belajar bagi siswa, telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran lama telah usang karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa sangat tidak nyaman dengan metode mulut. Sebaliknya, siswa akan nyaman dengan pembelajaran yang sesuai dengan pribadi siswa saat ini.
Bagi anak usia SD, belajar yang perlu ditekankan adalah melalui pengalaman langsung, terutama pada mata pelajaran IPA. Pengalaman langsung akan membuat pengetahuan yang mereka dapat lebih bertahan lama di otak mereka daripada mendengarkan ceramah dari guru. Pembelajaran Terpadu sangat bagus diterapkan bagi anak SD karena dalam pembelajaran ini menekankan pada tindakan nyata dan berpusat pada siswa. Pembelajaran Terpadu menekankan bahwa anak belajar dengan seluruh tubuhnya, semua alat indra dilibatkan. Siswa tidak hanya duduk diam, tapi dengan aktivitas yang menggerakkan seluruh indranya. Untuk itu dikenal pula model pembelajaran SAVI.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud model pembelajaran SAVI?
2.      Bagaimanakah prinsip-prinsip dasar model pembelajran SAVI?
3.      Karakteristik model pembelajaran SAVI?
4.      Bagaimanakah tahap-tahap model pembelajaran SAVI?
5.      Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran SAVI?
6.      Bagaimana Aplikasinya pada pembelajaran matematika sekolah?





1.3  Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan model pembelajaran SAVI
2.      Untuk memahami prinsip-prinsip dasar model pembelajaran SAVI
3.      Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran SAVI
4.      Untuk memahami tahap-tahap model pembelajaran SAVI
5.      Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan model pembelajaran SAVI
6.      Untuk mengetahui aplikasinya pada pembelajaran matematika sekolah



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Landasan Teori
SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
Pendekatan “SAVI” merupakan salah satu pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran matematika. Dave meier (2002: 91) menyatakan bahwa, “pendekatan SAVI” merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indera. Unsur-unsur yang terdapat dalam “SAVI” adalah somatik, auditori, visual dan intelektual. Keempat unsur ini harus ada dalam peristiwa pembelajaran, sehingga belajar bisa optimal.
Somatik berasal dari bahasa yunani  yang berarti tubuh (soma) seperti dalam kata psikomatis. Dave Meier (202: 92) menyatakan bahwa belajar, “ Belajar somatik adalah belajar dengan indera peraba, praktis (melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakan tubuh sewaktu belajar”. Sedangkan menurut Bobbi de Porter dkk (2004: 168) bahwa para pelajar somatik suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghapal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Jadi somatik mengutamakan belajar dengan berbuat dan bergerak.
Belajar somatik memerlukan usaha yang dapat merangsang pembelajar untuk melibatkan tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang dapat membuat pembelajar bangkit aktif secara fisik. Namun tidak semua pembelajaran memerlukan aktifitas fisik, seperti yang di ungkapkan Dave Meier dalam bukunya yang berjudul The accelerated learning hand book (terjemahan: 2002: 95) “ Tidak semua pembelajaran memerlukan aktifitas belajar aktif dan pasif secara fisik, anda dapat membantu pembelajar setiap orang”.
Belajar somatik dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, misalnya:
·         peragakan konsep sambil memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari langkah demi langkah seperti menyebutkan ada berapa sisi yang terdapat dalam kubus.
·         Menggunakan alat bantu (kerangka yang terbuat dari karton) saat belajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu.
·         Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan lain-lain)
·         Melakukan tinjauan lapangan, lalu lintas, gambar dan bicarakan tentang apa yang dipelajarinya.

Belajar auditori adalah belajar yang mengutamakan berbicara dan mendengar. Dave Meier (2002:95) menyatakan bahwa belajar auditori sangat dianjurkan terutama oleh bangsa yunani kuno. Mereka memilih filosofi bahwa kita mau belajar lebih banyak tentanga apa saja, bicarakanlah tanpa henti.
Belajar auditori lebih menekankan pada keterampilan berbicara dan menyimak. Dalam penerapannya diperlukan suatu rancangan pelajran yang menarik bagi saluran auditori. Rancangan ini harus dapat mengajak pembelajar membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, misalnya ajak pembicara berbicara saat mereka memecahkan masalah, menguasai keterampilan atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.
Berikut adalah beberapa saran yang dikemukaka oleh Dave Merier (2002: 96) untuk meningkatkan penggunaan saran auditori terutama yag berhubungan dengan matematika.
·         Mintalah pembelajar brpasang-pasangan membicarakan secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagimana mereka akan menerapkannya.
·         Mintalah pembelajar mempraktikan suatu keterampilan atau memperagakan suatu konsep sambil mengucapkan secara terperinci apa yang sedang mereka kerjakan.
·         Mintalah pembelajar berkelompok dan berbicara saat sedang menyusun pemecahan masalah.


Belajar visual adalah belajar dengan cara mengamati dan mengambarkan. Menurut Dave Meier (2002: 97) bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Jadi informasi lebih efektif ditangkap melalui visual. Hanya dengan memperhatikan, kita bisa mengamati banyak hal.
Belajar visual memerlukan bentuk visual dari materi pembelajaran, diantaranya:
·         Bahasa yang penuh denag gambar
·         Benda tiga dimensi
·         Pengamatan lapangan
Menurut Dave Meier (2002: 99) kata intelektual menunjukan apa yang dilakukan pembelajaran dalam fikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk memikirkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut.
Berdasarkan pendapat tersebut, belajar intelektual berfokus pada belajar memecahkan masalah dan berfikir. Aspek intelektual dalam belajar dapat terlatih jika pembelajar terlibat dalam aktifitas seperti ini:
·         Memecahkan masalah
·         Melahirkan gagasan yang kreatif
·         Mengajarkan perencanaan yang strategis
·         Mencari dan menyaring informasi
·         Merumuskan pertanyaan
Latar belakang munculnya pendekatan “SAVI”
Accelerated learning (AL) merupakan suatu pendekatan baru yang dikemukakan oleh Dave Meier. Accelerated Learning didasarkan pada penelitian yang mutakhir mengenai otak dan belajar. Dalam penerapan pendekatan ini dapat digunakan berbagi metode dan media, sifat terbuka dan luwes, pembelajar terlibat sepenuhnya. Metode yang ditetapkan AL tidak laku, tetapi bervariasi tergantung pada pokok bahasan dan pembelajaran itu sendiri.
Dave Meier menyatakan salah satu prinsip poko AL adalah belajar dengan melibatkan seluruh tubuh dan fikiran.
AL dapat menawarkan berbagai kegiatan pendekatan yang mengutamakan peningkatan keterampilan dan keprofesionalan. Dari 101 pendekan yang ada, pendekatan SAVI termasuk dalamnya (silbermen, 196:6). Unsur-unsur dalam pendekatan SAVI adalah somatik, auditori, visual dan intelektual. Keempat unsur tersebut harus ada dalam satu peristiwa  pembelajaran. Lain halnya dengan yang diungkapkan oleh silbermen, hanya mengemukakan tiga unsur yaitu visual auditori dan kinestik. Karena unusuk intelektual sudah mencakup ke tiga unsur tersebut. Hal ini seperti yang diungkapkan gilinder (silbermen, 1996:6) bahwa: setiap grup dari 30 siswa, rata-rata 22 dapat belajar secara efektif selama pengajar menyediakan visual, auditor dan aktifitas kinestik.
Penggunaan pendekatan “SAVI” dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kubus dan balok.
Salah satu faktor kondisi yang di perlukan siswa dalam belajar adalah faktor internal dan fakor eksternal siswa, faktor internal siswa seperti peningkatan prestasi belajar siswa sebagai hasil belajar terdahulu sedangkan faktor eksternal siswa merupakan sarana pendukung seperti aspek benda yang dirancang, seperti yang diungkapkan oleh Gagne yaitu:
“ untuk terjadi belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Kondiri internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru, dan diterpakan sama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau di tata dalam suatu pembelajaran” (Sadirman,2000:67)
Dave Meier (2002: 33) menyatakan orang dapat belajar paling baik dalam lingkungan fisik, emosi, dan sosial yang positif, yaitu lingkungan yang tenang sekaligus mengugah semangat ada rasa keutuhan, keamanan, minat dan kegembiraan sangat penting untuk mengoptimalkan pembelajaran.berdasarkan uraian diatas maka suasana belajar dikatan baik apabila didukung dengan keadaan yang positif dan ada minat dari pembelajar sehingga dapat mengiptimalkan pembelajran menurut Dave Meier (2002: 33-34) ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan “SAV” dalam kegiatan sehari-hari khususnya belajar matematika pada pokok bahasan kubus dan balok.
·         Dapat terciptanya lingkungan yang positif (lingkungan yang tenang dan menggugah semangat)
·         Keterlibatan pembelajar sepenuhnya (aktif dan kreatif)
·         Adanya kerja sama diantara pembelajar
·         Menggunakan metode yang bervariasi tergantung dari poko bahasan yang dipeljari.
·         Dapat menggunakan belajar kontekstual
·         Dapat menggunakan alat peraga.


2.2  Prinsip Dasar Model Pembelajaran SAVI
Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:
a)      Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
b)       Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.
c)       Kerjasama membantu proses pembelajaran
d)     Pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan
e)      Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.
f)        Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
g)      Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

2.3  Karakteristik Model Pembelajaran SAVI
Ø  Somatic
Somatic” berasal dari Bahasa Yunani “soma” yang berarti tubuh.  Jadi belajar somatic berarti belajar dengan indera peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh ketika belajar.  Penelitian neurologis telah membongkar keyakinan kebudayaan barat yang keliru bahwa pikiran dan tubuh adalah entitas yang terpisah.  Temuan penelitian menyimpulkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh.  Intinya tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh.  Keduanya merupakan sistem kimiawi-biologis yang terpadu.  Jadi dengan menghalangi pembelajar somatic menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar maka kita menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya.  Untuk merangsang hubungan pikiran-tubuh guru perlu menciptakan suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu.  Tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik kita dapat membantu pembelajaran siswa dengan baik.
Ø  Auditori
Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari.  Telinga kita menangkap dan menyimpan informasi auditori bahkan tanpa kita sadari.  Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari.  Minta mereka menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara.  Mintalah mereka membaca keras-keras, ajaklah mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keteramipilan, membuat tinjauan pengalaman belajar atau memperhatikan penjelasan dari sumber-sumber belajar.


Ø  Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.
Ø  Intelektual
Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai-nilai dari hubungan tersebut.  Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna.  Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru dan belajar.  Intelektual menghubungan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. 

2.4 Tahap-Tahap Model Pembelajaran SAVI
Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan kelompok dalam empat tahap:
1.      Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal:
a.      memberikan sugesi positif
b.      memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
c.       memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
d.      membangkitkan rasa ingin tahu
e.       menciptakan lingkungan fisik yang positif.
f.          menciptakan lingkungan emosional yang positif
g.      menciptakan lingkungan sosial yang positif
h.        menenangkan rasa takut
i.        menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
j.        banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
k.       merangsang rasa ingin tahu siswa
l.        mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

2.      Tahap Penyampaian (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru:
a.      uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan
b.      pengamatan fenomena dunia nyata
c.       pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
d.      presentasi interaktif
e.       grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni
f.      aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
g.      proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
h.    latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
i.        pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
j.        pelatihan memecahkan masalah

3.      Tahap Pelatihan (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
a.      aktivitas pemrosesan siswa
b.      usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
c.       simulasi dunia-nyata
d.       permainan dalam belajar
e.          pelatihan aksi pembelajaran
f.        aktivitas pemecahan masalah
g.      refleksi dan artikulasi individu
h.         dialog berpasangan atau berkelompok
i.         pengajaran dan tinjauan kolaboratif
j.        aktivitas praktis membangun keterampilan
k.       mengajar balik

4.      Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal –hal yang dapat dilakukan adalah:
a.      penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
b.      penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
c.        aktivitas penguatan penerapan
d.      materi penguatan prsesi
e.       pelatihan terus menerus
f.        umpan balik dan evaluasi kinerja
g.      aktivitas dukungan kawan
h.      perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.
Contoh Bagaimana Membuat Aktifitas Sesuai Dengan Cara Belajar Siswa
Gaya belajar
Aktivitas
Somatis
Orang dapat bergerak ketika mereka:
Ø  Membuat model dalam suatu proses atau prosedur.
Ø  Menciptakan piktogram dan periferalnya.
Ø  Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep.
Ø   Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya.
Ø  Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar dan lain-lain).
Ø  Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar, dan bicarakan tentang apa yang dipelajari
Auditori
Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam belajar:
Ø  Ajaklah siswa membaca keras-keras dari buku panduan.
Ø  Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang terkandung didalam buku pembelajaran yang dibaca mereka.
Ø  Mintalah siswa berpasang-pasangan membincangkan secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkanya.
Ø  Mintalah siswa mempraktikkan suatu ketrampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan.
Ø   Mintalah siswa berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang.
Visual
Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah:
Ø  Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi).
Ø  Grafik presentasi yang hidup.
Ø  Benda 3 dimensi
Ø   Bahasa tubuh yang dramatis.
Ø  Cerita yang hidup
Ø  Kreasi piktrogram (oleh siswa).
Ø  Pengamatan lapangan.
Ø  Dekorasi berwarna-warni.
Ø   Ikon alat bantu kerja.
Intelektual
Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti:
Ø  Memecahkan masalah.
Ø   Menganalisis pengalaman.
Ø  Mengerjakan perencanaan strategis
Ø  Memilih gagasan kreatif.
Ø   Mencari dan menyaring informasi.
Ø  Merumuskan pertanyaan.
Ø  Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan.
Ø  Menciptakan makna pribadi.
Ø  Meramalkan inplikasi suatu gagasan.

2.5  Kelebihan dan kekurangan pendekatan SAVI
Penerapan pendekatan SAVI dalam pembelajaran tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan pendekatan belajar lainnya. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan  dari pendekatan SAVI.
v  Ada beberapa kelebihan dari pendekatan SAVI antara lain:
1)      Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual;
2)      Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif;
3)      Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa;
4)      Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori dan intelektual.
5)      Pembelajaran lebih menarik dengan adanya permainan belajar.
6)      Pendekatan yang ditawarkan tidak kaku tetapi dapat sangat bervariasi tergantung pada pokok bahasan, dan pembelajarn itu sendiri.
7)      Dapat menciptakan lingkungan belajar yang posotof. Orang yang dapat belajar paling baik dalam lingkungan fisik, emosi dan sosial yang positif yaitu lingkungan yang tenang sekaligus menggugah semangat, adanya rasa minat dan kegembiraan sangat penting untuk mengoptimalkan pembelajaran.
8)      Adanya keterlibatan pembelajaran sepenuhnya orang dapat belajar paling baik jika dia terlihat secar penuh dan aktif serta mengambil tanggung jawb penuh dan aktif serta mengambil ta nggung jawab penuh atas usaha belajarnya sendiri. Belajar bukannlah sejenis olahraga untuk ditonton, melainkan menuntun peran serta semua pihak.
9)      Terciptanya kerja sama diantara pembelajar. Biasanya belajar paling baik dalam lingkungan kerjasama.semua cara belajar cenderung bersifat sosial.

10)  Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar.
Orang dapat belajar dengan baik jika dia mempunyai banyak variasi pilihan belajar yang memungkinkannya untuk memanfaatkan seluruh indarnya dan menerapkan gaya belajar yang dikuasainya.

v  Pendekatan SAVI juga memiliki kekuarangan, yaitu:
1)      Pendekatan ini sangat menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh;
2)      Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik. Ini dapat dipenuhi pada sekolah-sekolah maju.
3)      Pendekatan yang memang tidak kaku tetapi harus disesuaikan dengan pokok bahasan materi pembelajaran. Jadi tidak berlaku untuk semua pelajaran matematika
4)      Pendekatan “SAVI” ini masih tergolong baru, banyak pengajar guru sekalipun yang belum menguasai pendekatan “SAVI” tersebut.
5)      Pendekatan “SAVI” ini cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadikan siswa itu minder.
2.6              Aplikasi terhadap pembelajaran matematika
Belajar bisa optimal jika keempat unsur “SAVI” ada dalam suatu peristiwa pembelajaran. Dalam pembelajaran pokok bahasan kubus dan balok dengan menerapkan pendekatan “SAVI” langkah-langkahnya sebagi berikut:
1.      Mengelompokan siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4 oarang.
2.      Semua siswa mempunyai alat peraga, yaitu sebuah kerangka kubus dan sebuah kerangka balok terbuat dari karton.
3.      Mintalah siswa memperagakan konsep yang dipelajari sambil mengucapkan secara terperinci langkah-langkahnya (somatik dan auditori)
4.      Setiap kelompok diberi soal-soal yang telah disiapkan oleh guru.
5.      Setiap siswa diminta mendiskusikan tentang soal-soal yang diberikan perkelompok (auditori, visual, dan intelektual).
6.      Selama diskusi berlangsung guru mengamati kerja setiap kelompok secara bergantian dan meengarahkan dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
7.      Pada akhir kerja kelompok, setiap kelompok diminta perwakilannya untuk mengerjakan soal-soal yang telah diberikan dipapan tulis. Sedang siswa yang lainnya menanggapinya (somatik,auditori, visual dan intelektual).
Dengan memperhatikan pendekatan “SAVI”, pada pokok bahasan kubus dan balok dapat menggunakan alat peraga dimana siswa dapat belajar dengan berbuat dan bergerak yang menjadikan siswa aktif dan tidak merasa jenuh.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan SAVI pada materi fungsi Pembelajaran dengan pendekatan SAVI yaitu dengan menggabungkan keempat unsur SAVI yaitu somatis, auditori, visual dan intelektual dalam pembelajaran. Berikut adalah penerapan dari tiap unsur SAVI dalam pembelajaran Matematika:
1)      Somatis
Siswa membuat pertanyaan, kemudian dengan pertanyaan tersebut siswa bermain kartu pertanyaan (memberikan kartu pertanyaan itu kepada temannya untuk meminta bantuan menjawabnya), bermain bola pertanyaan (pertanyaan ditulis di kertas, kemudian remas berbentuk bola, kemudian selama berapa detik terjadi perang bola pertanyaan), dan permainan kuis beregu.
2)      Auditori
Ø  Siswa dikondisikan dalam 6-7 kelompok/siswa diminta berkelompok secara berpasangan
Ø  Siswa berdikusi tentang materi ajar
Ø  Dipilih 3 kelompok secara acak menggunakan kartu untuk menjelaskan hasil diskusinya didepan kelas/setiap kelompok mengirimkan dua orang untuk menjelaskan hasil diskusinya kepada kelompok lain. Selama diskusi kelompok terjadi komunikasi, dan tanya jawab antara pemateri dan pendengar.
3)      Visual
Siswa mengamati gambar berupa media pembelajaran yang dibuat oleh guru, atau siswa membuat diagram panah dengan menempelkan gambar-gambar yang menarik atau siswa mengamati dan membuat grafik/diagram.
4)      Intelektual
Ø  Siswa memahami materi ajar dengan mencarinya dari beberapa sumber belajar.
Ø  Siswa membuat pertanyaan, kemudian siswa mampu menyelesaikan soal yang diberikan guru atau temannya.
            Pada dasarnya menerapkan langkah-langkah pendekatan SAVI dalam pembelajaran tidak harus selalu berurutan dari aktivitas somatis, auditori, visual, intelektual, namun dapat dimulai dari aktivitas mana saja bisa dari auditori, visual, somatis, intelektualatau lain sebagainya. Hal yang perlu dicatat dalam menerapkan pendekatan SAVI yaitu menggabungkan aktivitas somatis, auditori, visual, dan intelektual pada satu peristiwa pembelajaran.
















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Penerapan Pendekatan SAVI yaitu dengan mengkombinasikan gerak fisik dan aktifitas intelektual serta dengan menggunakan semua indera yang dimiliki, dapat berpengaruh besar pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung terutama pada mata pelajaran IPA. Pendekatan SAVI mampu memunculkan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif, membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual, mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, serta memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori dan intelektual karena pelajaran IPA tidak hanya cukup dengan ceramah saja, harus ada praktek realnya.
Belajar siswa bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam suatu peristiwa pembelajaran. Siswa dapat meningkatkan kemampuan mereka memecahkan masalah (Intelektual) jika mereka secara simultan menggerakan sesuatu (Somatis) untuk menghasilkan piktogram atau pajangan tiga dimensi (Visual) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (Auditori). Menggabungkan keempat modalitas belajar dalam satu peristiwa pembelajaran adalah inti dari Pembelajaran Multi Indriawi.

3.2  Saran
Seorang guru ketika mengajar pelajaran IPA jangan hanya memakai satu metode belajar saja karena akan membuat siswa menjadi jenuh dan kurang berkonsentrasi, mengkombinasikan beberapa metode belajar sangatlah bagus dan akan mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar. Agar siswa bisa menyerap pelajaran IPA dengan baik, sebaiknya guru sering-sering mengajak siswa untuk mengetahui contoh yang real pada materi pelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran yang ada disekitar lingkungan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Meier, Dave.2002. the accelerated learning handbook. Bandung : MMU (Mizan Media Utama)
Widaningsih, Nining. 2004. Pengaruh Pendekatan Somatis, Auditori, Visua,l Intelektual
( SAVI ) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di SMPN 1 Depok Kabupaten Depok.
DePorter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas. Editor, Mike Hernacki. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.
Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa.
Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.